Berlangganan Kompas Digital
Setelah menyelesaikan studi S2, kebiasaan membaca buku saya berkurang. Biasanya, ketika masih dalam masa studi, paling tidak ada 1 buku yang saya baca dalam kurun waktu 2 bulan. Rata-rata buku yang saya baca berkaitan dengan program studi yang saya ambil, yaitu komunikasi. Misalnya, psikologi komunikasi, komunikasi massa, ilmu komunikasi, teori teori komunikasi, komunikasi politik, komunikasi profetik, ilmu dakwah dan lain sebagainya.
Kemudian, selain buku dengan tema komunikasi, buku yang menarik minat membaca saya adalah buku dengan tema pemikiran IsIam. Salah satu buku yang sampai hari ini saya berdecak kagum dan ingin mengulangi membacanya adalah buku karangan Nurcholish Madjid, judulnya Khazanah Intelektual Islam. Di bagian pengatarnya saja, dengan sangat sistematis diuraikan sejarah panjang intelektual dunia Islam. Mulai dari inisiasi gerakan menerbitkan Mushaf sampai dengan sejarah tokoh intelektual besar dalam dunia Islam. Sebut saja, Ibnu Rusyd, Imam Al-Ghazali dan nama besar lainnya.
Selanjutnya, buku pemikiran Islam lainnya yang menginspirasi saya adalah buku ustadz Suharsono, pengurus DPP Hidayatullah, eks aktivitis HMI MPO pada masanya. Judul bukunya, membangun peradaban Islam. Dalam buku tersebut diuraikan tentang benturan peradaban yang akan terjadi di masa yang akan datang. Lebih rincinya antara peradaban Barat versus peradaban Timur. Selain itu, buku yang tak kalah menarik perhatian saya adalah buku-buku yang bertemakan politik. Salah satu karya yang luar biasa dan boleh jadi sebagai 'magnum opus' presiden Prabowo Subianto yaitu buku yang berjudul Paradoks Indonesia. Dalam hati kecil, saya selalu berharap presiden Prabowo mampu mengimplementasikan buku yang ditulisnya dalam bentuk kebijakan untuk mewujudkan cita-cita mensejahterakan rakyat Indonesia.
Kembali ke topik awal, untuk mensiasati agar bisa terus membaca, saya memilih berlangganan kompas digital. setelah berlangganan kompas digital, saya merasa dahaga intelektual saya terobati. Saya bisa membaca apapun di kompas digital. Mulai dari tema sastra, politik, ekonomi, rubrik opini dan lainnya. Berlangganan Kompas digital bagian dari ikhtiar saya untuk menyegarkan pikiran. Berdialektika dengan tulisan yang saya baca. Juga merawat pemberian Allah SWT paling agung kepada umat manusia. Karena betul katanya salah satu tokoh dakwah, perut sedang kosong, ada notifikasinya. Sedangkan otak kosong, tidak ada notifikasinya. Jadi, membudayakan membaca merupakan implementasi wujud syukur atas karunia Allah SWT yang maha agung ini. []
Komentar
Posting Komentar