2 menit Memahami Genealogi Terorisme di Indonesia (Debintal Foundation)
Siang tadi, saya bersama teman berkesempatan silaturahmi ke Yayasan Debintal di daerah Bekasi. Yayasan yang bergerak di bidang pemberdayaan dan deradikalisasi mantan narapidana teroris (Napiter) di Indonesia. Tentu, maksud kedatangan kami tidak sebatas silaturahmi. Akan tetapi sebagai sumber riset tesis salah satu teman. Sesampainya di lokasi, kami langsung disambut hangat oleh Hendro Fernando, napiter ISIS (Islamic state Irak and Syiria) dan Iqbal napiter JI. Mas Hendro banyak bercerita perihal pengalamannya ketika masih tergabung sebagai anggota ISIS. Menurutnya, Pintu masuk seseorang menjadi teroris terdapat banyak faktor. Mulai dari ekonomi, eksistensi dan Ideologi. Tetapi faktor penentu seseorang bisa terpapar paham radikal adalah ideologi.
Ia bercerita singkat ketika awal mula tergabung dengan ISIS. Pada awalnya, ia merasa sedih atas apa yang menimpa umat muslim di negara konflik. Misal, Konflik Suriah dan lainnya. Sehingga Ia mencari informasi dan mendalami konflik tersebut di berbagai pemberitaan di televisi. Hingga akhirnya Ia berkesimpulan ada kedzaliman yang terstruktur dan sistematis. Kemudian Ia mencari organisasi yang bisa menerima keresahannya dan aspirasinya. Ia bertemu dengan ISIS.
Awalnya, niatnya baik ingin membantu sesama muslim yang mengalami ketertindasan. Kajian berjalan beberapa bulan, akhirnya ia berkesimpulan suatu negara yang tidak menerapkan hukum Islam (menurut tafsiran ISIS) adalah negara kafir. Beberapa bulan berikutnya Ia memilih berbai'at. Dalam bai'at tersebut isinya adalah harus tunduk dan patuh terhadap perintah Amir (pimpinan tertinggi) termasuk jika diperintahkan berangkat 'berjihad' ke Suriah.
****
Sebetulnya, ada banyak hal yang ingin saya tuliskan disini kaitannya dengan genealogi Terorisme di Indonesia. Tetapi ada beberapa poin yang tidak saya tangkap dengan baik. Paling tidak, saya bisa memahami faktor seseorang terpapar paham Radikalisme dan terorisme. Yaitu dengan cara di Brainwash bahwa jika negara tertentu tidak menerapkan hukum Islam (sekali lagi, menurut tafsirannya) statusnya adalah kafir. Kemudian beban bai'at kepada kelompok, harus mengikuti ideologi kelompok dan tidak boleh banyak bertanya jika sudah ada perintah dari Amir (pemimpin tertinggi). Satu hal lagi, gerakan terorisme --sebagian besar-- terlibat pendanaan dari luar. Serta, muara dari semua gerakan terorisme adalah menciptakan ketidakstabilan sosial dan polarisasi masyarakat yang dalam rangka merebut kekuasaan. Semoga bermanfaat. Paling tidak sebagai upaya preventif bagi diri sendiri. []
Komentar
Posting Komentar