1 Tahun di Kota Bandung


Sebelumnya, tidak pernah terbayang saya akan tinggal cukup lama di kota kembang, Bandung. Dulu, ketika masih baru lulus tingkat sarjana (Fresh graduate) tepatnya di tahun 2021 keinginan saya sederhana, tidak muluk-muluk, tetap ingin tinggal di Surabaya, membangun karir disana, mengembankan kemampuan disana dan boleh jadi menikah juga disana. Satu hal yang membuat keyakinan saya mantap ingin tetap tinggal di Surabaya karena dekat dengan kampung halaman, Sumenep, Madura. Tapi keinginan itu tidak terwujud karena satu dilain hal. Salah satunya karena tugas organisasi.

Sebelum tiba di kota Bandung, beberapa bulan sempat mencicipi aroma ibu kota Jakarta. Pengalaman yang cukup menarik dan berkesan, melihat Jakarta dari sudut pandang yang lain. Kalau di layar kaca, Jakarta selalu ditampilkan dari sisi kemewahan, prestisius, bangunan tinggi yang menjulang dan Jakarta's dream (orang-orang menempatkan impiannya di Jakarta) tapi di sisi lain, Jakarta mempunyai banyak luka. Kesenjangan sosial, kriminalitas tinggi, polusi, kemacetan yang parah dan padat penduduk. Membayangkan jakarta di masa depan, mungkin akan lebih menyesakkan dada jika manajemen dan penataan kota tidak dilakukan dengan baik.

Kembali ke kota Bandung. Jika orang ditanya perihal kota Bandung, mungkin yang terbersit pertama kali adalah kota wisata, cuaca yang dingin, perempuannya cantik-cantik (Wkwk) masyarakatnya ramah dan seterusnya. Semua kesan tersebut benar adanya. Yang paling berkesan bagi saya adalah pelafalan bahasanya yang mendayu-dayu. Seperti lirik lagu. Amboi nian! Berbanding terbalik dengan kultur bahasa Jawa timuran, Surabaya dan Madura misalnya, yang terkenal dengan bahasanya yang tegas dan sedikit nge gas.

Tetapi jika ditanya, perihal culture shock, Jawabnya adalah makanan. Beberapa hari ketika baru menginjakkan kaki, saya dibuat gundah gulana oleh masakan Sunda. Masakannya manis Pisan. hal itu yang membuat saya bolak-balik ke masakan Padang karena dirasa lebih pas dengan racikan masakan Madura. Satu lagi, yaitu bahasa. Di Bandung, bagi saya unsur tradisionalnya cukup kental. Hal itu tercermin dari penggunaan bahasa daerah sehari-hari yang lebih dominan di banding dengan penggunaan bahasa Indonesia. Berbeda dengan Surabaya yang lebih kosmopolitan. Tetapi, Belakangan saya bisa beradaptasi dengan baik. Bahkan cenderung menikmati setiap momen yang dijumpai.

1 tahun di Bandung bagi saya adalah pengalaman lahiriah dan batiniah yang cukup berkesan. Dari sisi lahiriah, bagian dari perjalanan yang akan ditulis oleh sejarah hidup. Dari sisi batiniah, proses pendewasaan diri dan dimensi spiritualitas yang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Lebih jauh, saya dipertemukan dengan kawan-kawan yang baik ketika saya memutuskan melanjutkan studi di perguruan tinggi negeri dan belajar banyak hal dari mereka. Mungkin untuk beberapa tahun kedepan, saya akan tetap tinggal di kota ini. Menikmati setiap momen, menghirup udara segar setiap pagi, berbicara banyak hal dengan ibu dapur di pesantren tempat saya tinggal dan boleh jadi saya akan memilih menetap di sini dalam waktu yang cukup lama. 1 tahun di Bandung adalah pengantar dari sekian BAB perjalanan yang akan ditempuh berikutnya. []

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer