Sebagai catatan pengantar

Saya merasa belakangan, organisasi yang saya diami saat ini tidak jauh beda dengan organisasi-organisasi kebanyakan. Meskipun pada tahap awal, nuansa idealisme Islam sangat terasa. Hal demikian saya dapati ketika membaca buku biografi pendiri organisasi ini. Dimana beliau bercita-cita Islam tidak hanya untuk didiskusikan, untuk didebatkan melainkan Islam yang diperagakan dalam kehidupan sehari-hari. Cita-cita demikian mungkin bisa dikatakan dirasa berat. Karena iklim berbangsa dan bernegara tidak menghendaki untuk bisa memperagakan Islam secara utuh, Islam secara Kaffah. Meskipun bagi sebagian orang, kalimat memperagakan Islam secara Kaffah cenderung ditakuti. Karena asumsi mereka ada unsur hegemoni politik kekuasaan. Padahal tidak demikian.

Tetapi itu hal lain, yang saya sangsikan ialah nuansa atau aroma politisasi mulai terasa dari setiap sudut-sudut organisasi. Mulai ada sekat-sekat atau koridor yang memisahkan antara 1 kelompok dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu, saya berasumsi --jangan-jangan- pada akhirnya setiap organisasi akan mengalami hal serupa. Dimana politisasi antar kubu tak terelakkan. Pasti akan terjadi. Lebih ekstrim, kelak organisasi pada saatnya akan menjadi kendaraan politik. Tentu ini hanya sekedar asumsi liar saya. Saya berharap ini tidak terjadi. Semoga organisasi yang saya diami ini tetap menjadi mata air, disaat orang lain membutuhkan oase dan tetap konsisten serta teguh dengan cita-cita awal yaitu memperagakan Islam/manifestasi Islam dalam kehidupan sehari-hari. []
18 Maret 2018

Komentar

Postingan Populer