Khawarij dan ekstrimisme

Sebenarnya, seri lanjutan tulisan ini terbilang tidak ideal. Karena jeda waktu yang terlalu lama. Tapi, setelah saya pikir-pikir, lanjutan ulasan bab Mukaddimah, Khazanah Intelektual Islam yang disusun oleh Cak Nur ini menarik kiranya sebagai bahan refleksi dalam membaca persoalan keislaman kontemporer.

Boleh dikata, Khawarij ialah pintu masuk munculnya ragam sekte sempalan di dalam internal Umat Islam. Khawarij tidak saja memotori gerakan pembangkangan terhadap Khalifah Ali–sebagai pengikut Ali pada waktu itu--tetapi juga mengkafirkan Khalifah Ali karena dianggap melanggar hukum Al-Quran karena telah menerima usul kompromi dari kelompok Muawiyah. Menurut pandangan mereka, selama Muawiyah menolak perdamaian maka peperangan hendaknya tetap dilanjutkan sampai selesai. Sehingga Allah memenangkan kelompok yang benar dan mengalahkan kelompok yang bathil. Mereka mengangkat slogan “tidak ada hukum selain hukum Allah. Hanya dengan perang, kebenaran dapat ditolong dan kebatilan dapat dikalahkan”. Sejarah mencatat, hadirnya kelompok Khawarij ini menggangu konsentrasi Khalifah Ali dalam menghadapi Muawiyah. Sehingga perhatiannya dialihkan untuk menghadapi Khawarij. Pada awalnya, Ali berhasil membendung gerakan—ditandai dengan kembalinya sebagian kelompok-- Khawarij dengan hujjah agar mereka kembali kepada kebenaran. Tetapi, hujjah itu tidak berhasil mengembalikan seluruhnya.

Sesuai dengan kecendrungan ekstrim mereka, Khawarij kemudian meletakkan program-program sosial-politik yang radikal dan puritanis. Untuk tujuan menegakkan otoritas mereka sendiri. Kaum Khawarij merencanakan hendak melenyapkan baik Ali maupun Muawiyah sekaligus. Tetapi ternyata mereka hanya berhasil membunuh Ali di tangan Abdurrahman bin Muljam al-Muradi. Sedangkan Muawiyah yang telah belajar dengan raja-raja Romawi dalam cara melindungi itu tak terjangkau oleh tangan-tangan kaum ekstrimis itu.

Sebagai gerakan sosial-politik, kaum Khawarij tidak dapat dikatakan mengalami sukses. Meraka selalu dikejar-kejar dan ditindas oleh setiap kekuasaan Islam yang mapan yang membuat mereka mengalami disintegrasi dan menyebar ke seluruh penjuru dunia Islam. Tetapi dalam bidang lain, khususnya bidang pemikiran sosial-politik dan keagamaan berbagai pandangan kaum Khawarij itu membekas dengan kuat dalam sejarah intelektual Islam. Dari merekalah muncul untuk pertama kalinya suatu persoalan teologis dalam Islam. Persoalan itu ialah berkenan dengan seorang Muslim yang melakukan dosa besar: masihkah ia seorang Muslim ataukah ia sebenarnya telah menjadi kafir? Masalah ini menjadi amat serius jika seorang Muslim yang berdosa itu adalah seorang penguasa seperti Khalifah, dan bentuk dosanya ialah tindakan-tindakan kadhalimannya.

Seperti telah diisyaratkan di atas, kaum khawarij mempelopori pandangan keagamaan bahwa seorang muslim yang berdosa besar itu tidak lagi muslim, dan harus dilenyapkan. Inilah pangkal anarkisme mereka. Sebab rentetan logis dari pandangan serupa itu ialah bahwa seorang muslim yang tidak mau melenyapkan seorang kafir (muslim yang berdosa besar) adalah kafir sendiri. Dan karena itu harus pula dilenyapkan. Akibatnya, kaum Khawarij memusuhi siapa saja yang bukan golongannya.

Mereka kemudian mengembangkan konsep hijrah yaitu konsep bahwa setiap orang muslim harus berhijrah. Yakni berpindah dan bergabung dengan golongan mereka. Jika ia menolak maka ia wajib diperangi sesuai dengan hukum yang berlaku terhadap mereka yang hidup dalam “Dar al-Harb” sebab hanya golongan mereka lah yang berada dalam “Dar al-Islam”. Tetapi dalam kalangan orang-orang Khawarij itu sendiri perpecahan amat sulit dicegah. Mereka itu berusaha membentuk masyarakat yang semurni-murninya dan se suci-sucinya dipandang dari ajaran Islam menurut tafsiran mereka. Maka dapat dibayangkan bahwa mereka rawan sekali terhadap perbedaan tafsiran kepada ajaran agama, yang kemudian membawa mereka pada perpecahan demi perpecahan internal dan amat melemahkan gerakan mereka sendiri. Hal ini, ditambah lagi dengan adanya penindasan-penindasan atas mereka oleh setiap kekuasaan Islam yang mapan. Seperti telah disinggung dimuka. []

Komentar

Postingan Populer