Jakarta
Sesaat senjakala tiba, ingatan beradu pada Jakarta.
Pada dinding-dinding kota, ada kenangan lusuh tentang pria paruh baya menjemput takdir di ibu kota.
Memilih bertaruh, untuk bisa memperpanjang asa.
Sedang di kampung halaman, anak semata wayangnya selalu menunggu senyum yang ia kirimkan lewat frasa "nanti ayah bawain mainan yang banyak."
Padahal, untuk memperpanjang nafasnya saja, ia harus membanting tulangnya berkali-kali.
Setelah sekian hari berjalan, ia menjadi paham. Ia tidak bisa berharap banyak "aku serahkan semua kepada pemilik semesta." Ia ucapkan berkali-kali seperti membaca suatu mantra.
*Kesan selama di Jakarta. Oktober-desember 2021
Pada dinding-dinding kota, ada kenangan lusuh tentang pria paruh baya menjemput takdir di ibu kota.
Memilih bertaruh, untuk bisa memperpanjang asa.
Sedang di kampung halaman, anak semata wayangnya selalu menunggu senyum yang ia kirimkan lewat frasa "nanti ayah bawain mainan yang banyak."
Padahal, untuk memperpanjang nafasnya saja, ia harus membanting tulangnya berkali-kali.
Setelah sekian hari berjalan, ia menjadi paham. Ia tidak bisa berharap banyak "aku serahkan semua kepada pemilik semesta." Ia ucapkan berkali-kali seperti membaca suatu mantra.
*Kesan selama di Jakarta. Oktober-desember 2021
Komentar
Posting Komentar